Khamis, 30 Oktober 2008

Hadits-hadits dhaif yang tersebar di bulan Ramadhan

Kami menilai perlunya dibawakan pasal ini pada kitab kami, karena adanya sesuatu yang teramat penting yang tidak diragukan lagi sebagai peringatan bagi manusia, dan sebagai penegasan terhadap kebenaran, maka kami katakan:

Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan sunnah Nabi secara adil, (untuk) memusnahkan penyimpangan orangorang sesat dari sunnah, dan mematahkan takwilan para pendusta dari sunnah dan menyingkap kepalsuan para pemalsu Sunnah. Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadits-hadits dhaif, dusta, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh para imam terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang sempurna.

Orang yang melihat dunia para penulis dan para pemberi nasehat akan melihat bahwa mereka –kecuali yang diberi rahmat oleh Allah- tidak memperdulikan masalah yang mulia ini walaupun sedikit perhatianpun, wlaupun banyak sumber ilmu yang memuat keterangan yang shahih yang menyingkap yang bathil. Maksud kami bukan membahas dengan detail masalah ini, serta pengaruh yang akan terjadi pada ilmu dan manusia, tapi akan kita cukupkan sebagian contoh yang baru masuk dan mashyur di kalangan manusia dengan sangat masyhurnya, hingga tidaklah engkau membaca makalah atau mendengar nasehat kecuali hadits-hadits ini –sangat disesalkan- menduduki kedudukan yang tinggi. (Ini semua) sebagai pengamalan hadits: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat…” (riwayat Bukhari 6/361), dan sabda beliau: “Agama itu nasehat…”(riwayat Muslim no.55)

Maka kami katakan wabillahi taufiq:

Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat banyak sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih –walau banyak- yang bisa menghentikan mereka dari menyebut hadits dhaif. Semoga Allah merahmati Al Imam Abdullah bin Mubarak yang mengatakan: “(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dari yang dhaifnya.” Jadikanlah imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup) kita.

Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan (sebagai dalil) di kalangan manusia pada bulan Ramadhan diantaranya:

1. “Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya…” Hingga akhir hadits ini.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no. 1886) dan Ibnul Jauzi di dalam Kitabul Mauduat (2/188-189) dan Abul Ya’la di dalam Musnad-nya sebagaimana pada Al Muthalibul ‘Aaliyah (Bab/A-B/ tulisan tangan) dari jalan Jabir bin Burdah dari Abu Mas’ud Al Ghifari.

Hadits ini maudhu’ (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub, biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau berkata: “Masyhur dengan kelemahannya.” Juga dinukilkan perkataan Abu Nu’aim, “Dia suka memalsukan hadits,” dan Bukhari, berkata, “Mungkarul hadits” dan dari An Nasa’i, “matruk (ditinggalkan) haditsnya.”

Ibnul Jauzi menghulumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan ibnu Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, “Jika haditsnya shahih, karena dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al Bajali.”

2. “Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah (menaungi) kalian, bulan yang didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara wajib pada bulan yang lain…. Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka…” sampai selesai.

Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan ulama yang paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887) dan Al Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al Ashbahani dalam At Targhib (q/178,b/tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad’an dari Sa’id bin Al Musayyib dari Salman.

Hadits ini sanadnya dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa’ad, “Di dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya,” berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Tidak kuat,” berkata Ibnu Ma’in, “Dhaif” berkata Ibnu Abi khaitsamah, “Lemah di segala penjuru,” dan berkata Ibnu Khuzaimah, “Jangan berhujjah dengan hadits ini, karena jelek hafalannya.” Demikianlah di dalam Tahdizbut Tahdzib (7/322-323). Dan Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, “Jika benar kabarnya.” Berkata Ibnu Hajar di dalam Al Athraf, “Sumbernya pada Ali bin Zaid bin Jad’an, dan dia lemah,” sebagaimana hal ini dinukilkan oleh Imam As Suyuthi di dalam Jam’ul Jawami’ (no. 23714-tertib urutannya).

Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits (1/249), “Hadits yang mungkar.”

3. “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”

Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam Al Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa’id, dai Ad Dhahhak dari ibnu Abbas. Nahsyal termasuk yang ditinggal (karena) dia pendusta dan Ad Dhahhak tidak mendengarkan dari ibnu Abbas. Diriwayatkan oleh At Thabrani di dalam Al Ausath (1/q 69/ Al Majma’ul Bahrain) dan Abu Nu’aim di dalam Ath Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Daud, dari Zuhair bin muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abi hurairah. Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al Atsram, “Aku mendengar Imam Ahmad –dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin muhammad- berkata, “Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair –pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam- pent) yang dhaif itu,” Ibnu Abi Hatim berkata, “Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia.” Al Ajalaiy berkata, “Hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari ahli Syam ini tidak membuatku kagum,” demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/427).

Aku katakan: dan Muhammad bin Sulaiaman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaiman dinaskhkan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.

4. “Barangsiapa yang berbuka puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada sebab dan tidak pula karena sakit maka puasa satu tahun pun tidak akan dapat mencukupinya walaupun ia berpuasa pada satu tahun tersebut.”

Hadits ini diriwayatkan Bukhari dengan mu’allaq* dalam Shahih-nya (4/160 –Fathul Bari) tanpa sanad. Ibnu Khuzaimah telah memalsukan hadits tersebut di dalam Shahih-nya (19870), At Tirmidzi (723), Abu Daud (2397), Ibnu Majah (1672) dan Nasa’i di dalam Al Kubra sebagaimana dalam Tuhfatu Asyraaf (10/373), Baihaqi (4/228) dan Ibnu Hajar dalam Taghliqut Ta’liq (3/170) dari jalan Abil Muthawwas dari bapaknya dari Abu Hurairah.

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul bari (4/161): “Dalam hadits ini ada perselisihan tentang Hubaib bin Abi Tsabit dengan perselisihan yang banyak, hingga kesimpulannya ada tiga penyakit: idhthirab (goncang), tidak diketahuinya keadaan Abil muthawwas dan diragukan pendengaran bapak beliau dari Abu Hurairah.”

Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkannya: “Jika khabarnya shahih, karena aku tidak mengenal Abil Muthawwas dan tidak pula bapaknya sehingga hadits ini dhaif juga.”

Wa ba’du: Inilah empat hadits yang didhifkan oleh para ulama dan dilemahkan oleh para Imam, namun walaupun demikian kita (sering)mendengar dan membacanya pada hari-hari di bulan Ramadhan yang diberkahi khususnya dan selain pada bulan itu pada umumnya.

Tidak menutup kemungikinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki makna-makna yang benar, yang sesuai dengan syari’at kita yang lurus baik dari Al Qur’an maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini) sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, dan terlebih lagi –segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad ini dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang jelek. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainya (yakni Al Isnad) adalah: “Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar.”

Mudah-mudahan Allah memberi rizki pada kami kebaikannya. Wahai saudaraku yang haus akan ketaatan kepada Allah, inilah sifat puasa Nabi dihadapanmu. Dan inilah petunjuknya dalam puasa Ramadhan, bersegeralah kepada kebaikan. Wasubhaanakallahu wa bihamdika, asyhadu anlaa ilaha illa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaika.

Ditulis oleh:
Penuntut Ilmu Syar’i
Ali Hasan Ali Abdul Hamid
Saalim Al Hilali

Isnin, 20 Oktober 2008

Kekadang terdengar bebelan orang-orang di sekeliling Kita,

"Cuaca buruk je akhir-akhir in ye.." Soalnya, kenapa hujan dikatakan cuaca buruk?

Berapa ramai di kalangan Kita yang mengeluh bila Hari hujan?
- Iskk, tak kering la baju kalau asyik hujan je..
- Alahai, hujan laaagiiii
- Tiap-tiap Hari hujan...susah la mcm in
- Payah nak buat apa2 kalau Hujan
- Tak boleh balik lagi, hujan!

Bukankah bebelan-bebelan itu lebih baik digantikan dengan DOA : "Allahumma syaiyiban nafi'a" (Ya Allah, Ya Tuhan kami! Jadikan hujan ini bermanfaat buat kami). Hakikatnya, hujan itu rahmat.

"Dan Dia lah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (iaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halakan dia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan. Demikianlah pula Kami mengeluarkan (menghidupkan semula) orang-orang yang telah mati, supaya kamu beringat (mengambil pelajaran daripadanya) ." (Al-A'raf : 57)

Sebenarnya hujan terlalu banyak manfaatnya.
1. Membersihkan udara
2. Menyubur tanaman
3. Membekal air ke empangan

Ini sikit sahaja senarai kebaikannya. Ada banyak lagi.
Kenapa orang selalu "bad mood" bila hujan?
"Hujan tidak, mendung pun tidak, tiba-tiba je bermuram in..?" Macam biasa dengar ayat TU kan ? Seolah-olah sinonim sungguh hujan dengan suasana muram/tak best. Kesian hujan.

Sedarkah Kita? Bila hujan turun, rahmat dilimpahkan buat manusia. Sebab itu, Nabi pun pernah pesan, bila hujan turun, DOA mustajab.

Sekarang ini, di tempat Kita hampir tiap-tiap Hari hujan. Tiap-tiap Hari Ada masa untuk DOA menjadi mustajab. Kenapa lepaskan peluang dengan keluhan sia-sia di saat pintu-pintu langit sedang terbuka?
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit, dengan menurunkan hujan yang mencurah-curah" (al-Qamar : 11)

Maka, BERDOALAH. Semoga Hari ini lebih baik dari semalam. Dan semoga, Hari esok akan lebih baik. Dalam ilmu tasawwuf Dan ilmu-ilmu fardhu Ain lain pun Ada juga mengingatkan Kita tentang kebijaksanaan Allah.

Lihatlah firman Allah yg bermaksud : "Dan Kami turunkan hujan dari langit dengan sukatan yang tertentu, serta Kami tempatkan dia tersimpan di bumi; Dan sesungguhnya Kami sudah tentu berkuasa melenyapkannya. " (Al-Mukminun : 18)

Rupa-rupanya Allah turunkan hujan ADA SUKATAN. Baru Hari ini Kita tahu, bahawa Allah turunkan hujan lebat kepada Kita sekarang ini Ada sebabnya, Ada sukatannya. Kemudian, air itu akan disimpan di bumi. Selama mana? Itu semua rahsia Allah.

"Dan Kami hantarkan angin sebagai pembawa air Dan pemindah benih; maka dengan itu Kami menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian kami berikan kamu meminumnya; Dan bukanlah kamu yang (berkuasa menurunkannya atau) menyimpannya. " (al-Hijr : 22)

Semoga Ada iktibar untuk peringatan Kita.

"Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit Dan bumi Dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta berserahlah kepadaNya. Dan (ingatlah), Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu lakukan." (Surah Hud : 123)

So lepaih in bila hujan jangan ler bersungut ek.Berdoa ler banyak2...

Rahmat Atau Laknat

Dari 'Atha' bin Abu Rabah r.a katanya, dia mendengar Aisyah isteri Rasulullah saw. bercerita:"Bila angin bertiup kencang dan langit mendung berawan banyak, tampak kegelisahan di wajah Rasulullah saw sehingga baginda maju mundur (berjalan mundar-mandir) . Apabila hujan telah turun wajah baginda berubah menjadi gembira dan hilang kegelisahannya. Berkata Aisyah:"Aku bertanya kepada baginda, apa yang menyebabkan baginda gelisah sebegitu rupa." Jawab baginda,:"Aku khuatir kalau-kalau angin dan mendung itu menjadi laknat yang ditimpakan kepada umatku. Tetapi bila hujan telah turun maka hal itu adalah rahmat." (Muslim)

Huraian
Allah SWT menyuruh kita hamba-hambanya agar sentiasa melakukan apa yang disuruh-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Maka selaku manusia yang ditugaskan menjadi khalifah Allah, wajib ke atas kita menjalankan perintah Allah itu tanpa rasa malas, angkuh dan sombong atau dengan lain perkataan menderhakai Allah dengan melakukan berbagai kemaksiatan di muka bumi ini. Sesungguhnya apabila kemurkaan Allah menjelma akibatnya amat dahsyat sekali sebagaimana yang telah berlaku pada kaum 'Add yang hanyut dengan seribu satu kemaksiatan hingga pada suatu ketika telah datang kepada mereka awan mendung dan mereka berkata:"Inilah awan-awan yang akan menurunkan hujan bagi kita..." Namun ternyata bahawa hal yang sebaliknya berlaku di mana kebaikan yang mereka sangkakan akan mendatangi mereka sebenarnya adalah satu bala (malapetaka) yang diturunkan Allah akibat dari kejahatan yang mereka lakukan. Mengingatkan hal inilah, Rasulullah saw. akan merasa resah gelisah setiap kali awan mendung berarak, memikirkan sama ada ia merupakan satu rahmat atau satu laknat daripada Allah SWT. Oleh itu sebagai umat Islam, kita ini hendaklah sentiasa beringat dan menjauhi perkara yang mengundang kemurkaan Allah SWT. Lebih-lebih lagi di akhir zaman ini, berbagai-bagai malapetaka alam yang terjadi seperti gempa bumi, taufan, letupan gunung berapi, banjir besar, ombak besar dan sebagainya berlaku dan sesungguhnya segala peristiwa tersebut sebenarnya mempunyai pengajaran (mesej) yang tersendiri untuk umat manusia seluruhnya di mana hanya manusia yang benar-benar beriman dan beramal soleh serta yang diberi taufik dan hidayah sahaja yang akan sedar dan mengambil iktibar daripadanya.